Wednesday, September 12, 2012

Metode Mengejutkan untuk Sembuhkan Tentara yang Terluka




Boston (AP) – Para ilmuwan merekayasa telinga, tulang dan kulit di laboratorium, sedangkan para dokter berencana untuk melakukan transplantasi wajah dan operasi plastik lainnya yang lebih ekstrem. Dari seluruh negara, peralatan medis yang paling maju dan ada saat ini dikembangkan untuk menolong para veteran dan pasukan Amerika yang terluka.




Di Los Angeles, para ahli bedah menggunakan bagian dahi Michael Mills untuk membentuk kembali hidungnya setelah ledakan sebuah bom menghancurkan wajahnya di Irak.

Di Pittsburg, para dokter menggunakan sebuah terapi ekperimental dari jaringan tubuh babi untuk membantu menumbuhkan kembali otot paha Ron Strang yang hilang akibat sebuah ledakan di Afghanistan.

Di Boston, para ilmuwan berencana untuk melakukan implan telinga rekayasa lab untuk pertama kalinya bagi para tentara yang terluka setelah sukses melakukan eksperimen pada domba dan tikus.

Di San Antonio dan kota lainnya, para dokter menguji sel kulit yang disemprotkan dan lapisan kulit rekayasa untuk menyembuhkan luka bakar dan luka lainnya. Hasilnya sangat mengesankan: Satu produk dikembangkan dari kulup sisa dari proses penyunatan.

Penelitian tadi kebanyakan mendapatkan dana dari para pembayar pajak. Empat tahun yang lalu, pemerintah federal mendirikan AFIRM atau Armed Forces Institute of Regenerativve Medicine, sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa rumah sakit dan universitas yang terkenal, serta memberikan dana sebesar $ 300 juta (sekitar Rp 2,87 triliun) untuk memacu sebuah metode perawatan yang baru dengan menggunakan ilmu jaringan dan operasi plastik yang lebih maju.

“Idenya secara keseluruhan adalah mengumpulkan para peneliti guna mengembangkan teknologi hebat tersebut yang terdapat pada ilmu pengetahuan sehingga siap untuk digunakan pada para pasukan,” kata pensiunan direktur AFIRM, Terry Irgens.

Kini semua yang berdinas sudah pulang, dan proyek yang sebelumnya masih dikembangkan di laboratorium kini siap untuk diaplikasikan di klinik.

Seorang sersan marinir asal Pittsburg, Strang, kehilangan setengah otot pahanya karena terkena pecahan peluru, dan membuatnya tidak bisa berjalan dengan sempurna. $22Lutut saya melengkung dan saya sering terjatuh," katanya.

Sekarang, setelah pengobatan eksperimental di University of Pittsburgh Medical Center, "Saya bisa sedikit berlari " dan bermain sepak bola ringan dengan teman-teman, katanya. "Ini merupakan perbaikan besar."

Itu adalah salah satu contoh dari "obat baru" yang digunakan untuk tentara. The Associated Press melakukan puluhan wawancara dan mengkaji penelitian medis terbaru untuk mengukur kemajuan dan tingkat perawatan baru bagi para prajurit yang terluka. Hasil menunjukkan beberapa pencapaian mengejutkan dalam pembedahan dan rekayasa biologis.




REKAYASA TELINGA

Sekitar seribu tentara mungkin membutuhkan telinga, dan kuping palsu bukan merupakan solusi yang baik. Telinga tersebut tidak tampak atau terasa alami dan akan usang dalam beberapa tahun. Sebuah telinga rekayasa yang dikembangkan dari sel pasien sendiri akan menjadi perbaikan yang besar.

"Orang-orang telah menelitinya selama 20 tahun", tetapi belum mampu mengatasi hambatan yang membuatnya praktis, kata Cathryn Sundback, direktur laboratorium rekayasa jaringan di Massachusetts General Hospital.

Akhirnya solusi ditemukan. Dengan menggunakan sisa telinga pasien yang tersisa yang dibentuk dengan komputer, para ilmuwan membuat kerangka titanium yang ditutupi kolagen, yang memberikan elastisitas dan kekuatan kulit.

Mereka mengambil secuil tulang rawan dari dalam hidung atau antara tulang rusuk serta menumbuhkan rangka dengan dengan sel-sel itu. Kemudian diinkubasi selama sekitar dua pekan di laboratorium untuk menumbuhkan lebih banyak tulang rawan. Ketika sudah siap untuk implan, cangkok kulit diambil dari pasien untuk menutupi tulang rawan tersebut dan telinga dijahit ke tempatnya.

Para ilmuwan berhasil mempertahankan telinga rekayasa domba selama 20 pekan, yang membuktikan bahwa metode tersebut bisa dilakukan dengan sukses dan tahan dalam jangka waktu yang lama. Mereka juga telah menumbuhkan telinga manusia dari sel yang secara anatomis benar.

Metode tersebut telah ditanamkan di punggung tikus laboratorium untuk menjaga jaringan tersebut tetap tumbuh dan memungkinkan penelitian lebih lanjut. Tapi itu tidak akan terjadi dengan telinga yang ditujukan untuk pasien — mereka hanya akan tumbuh dalam cawan laboratorium sampai mereka siap untuk dicangkok.

"Kami telah memecahkan semua masalah teknis," kata Sundback, dan sekarang mereka siap untuk meminta persetujuan dari Food and Drug Administration untuk menanamkan jaringan itu ke pasien — mungkin sekitar satu tahun mendatang. "Sungguh menakjubkan betapa banyak kemajuan yang kami buat dengan dana AFIRM."

REKAYASA OTOT, TULANG DAN KULIT

Seorang tentara cukup beruntung jika lengan dan kakinya masih utuh setelah ledakan bom namun pasti akan kehilangan begitu banyak otot penting, seperti bisep atau kuadrisep, sehingga anggota badan tersebut tidak dapat digunakan dengan baik.

Dalam beberapa kasus, "pasien telah kehilangan terlalu banyak otot sehingga tidak ada lagi yang dapat digunakan untuk menggabungkannya kembali dalam pembedahan," kata Dr. Stephen Badylak, seorang spesialis kedokteran regeneratif di University of Pittsburgh.

Ia menguji implan dari "matriks ekstraselular" (jaringan ikat yang menyatukan sel) untuk meningkatkan massa otot. Matriks tersebut diduga akan melepaskan sinyal kimia yang mendorong pertumbuhan kembali dari jaringan sehat dan bukan jaringan yang terluka.

"Matriks tersebut mengubah tubuh dari berpikir, 'Saya perlu merespon jaringan yang terluka,' menjadi ‘Saya perlu untuk membangun kembali jaringan ini,'" kata Badylak.

Bahan-bahannya diproduksi oleh perusahaan swasta — ACell Inc Columbia, Md — dan berasal dari babi. Sistem kekebalan tubuh menoleransi itu karena tidak mengandung sel. Bahan tersebut berbentuk lembaran seperti kasa yang sedikit kaku dan dapat dipotong atau dibentuk sesuai bentuk yang dibutuhkan.

Strang, yang kehilangan setengah dari otot paha, adalah salah satu dari lima pasien yang diobati sejauh ini dalam sebuah studi yang melibatkan 80 pasien. Dokter menunggu setidaknya enam bulan setelah cedera terjadi, untuk memastikan semua penyembuhan alami telah terjadi, dan memberikan pasien terapi fisik yang intensif sebelum menanamkan matriks tersebut.

"Kami ingin mengatakan bahwa setelah operasi mereka akan sebaik yang mereka bisa dan matriks berperan dalam penyembuhan itu,” jelas Badylak.

Dalam pengujian awal, "Mereka telah menunjukkan 10 sampai 20 persen peningkatan" dalam kekuatan otot setelah pengobatan, kata Irgens, direktur AFIRM, yang mendanai beberapa penelitian awal.

Departemen Pertahanan mensponsori penelitian yang berlangsung hingga sekarang, yang mencakup pasien non-militer serta mantan tentara. Studi baru tersebut mengukur perubahan kekuatan dan volume otot, dan dokter bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seperti yang sudah dapat dinikmati Strang sekarang.

Dalam upaya lain, ilmuwan dari Pittsburgh and Rice University ilmuwan bekerja untuk menumbuhkan dan memperbaiki tulang rahang dan cacat wajah lainnya. Para peneliti di Massachusetts General and Rutgers University mencoba untuk menumbuhkan otot kelopak mata. Kebutaan dapat terjadi karena tidak mampu menutup kelopak mata.

Dokter juga sedang menguji berbagai cara untuk membuat kulit. Dalam satu metode, dokter mengambil potongan kulit pasien berukuran prangko, mengolahnya di laboratorium dan menyemprotkan sel-sel tersebut ke luka bakar atau luka lainnya. Perangkat penyemprot yang digunakan untuk pengobatan tersebut sudah berlisensi di tujuh negara, dan AFIRM mensponsori sebuah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan persetujuan AS sehingga pengobatan dapat ditawarkan di sini.

Pendekatan kedua menggunakan lembaran kulit yang dikembangkan dari sel-sel di laboratorium yang awalnya berasal dari kulup bekas proses penyunatan.

"Kini penelitian tersebut sedang dalam uji klinis dan mereka memiliki hasil yang luar biasa," kata Irgens.

LEBIH DARI ‘LENGAN BIONIK’ UNTUK TRANSPLANTASI

Untuk semua kemajuan yang telah tercapai dalam anggota tubuh palsu modern, lengan dan tangan tidak seefektif kaki dan telapak kaki. Puluhan tentara yang terluka lebih suka mencoba transplantasi.

Pemerintah juga memperkirakan bahwa hingga 200 tentara mungkin perlu transplantasi wajah, meskipun Dr Bohdan Pomahac, ahli bedah Boston yang telah melakukan empat kali transplantasi wajah kepada para pasien non-militer, memperkirakan hanya 50 sampai 100 yang pada akhirnya akan mendapatkan satu transplantasi yang baik.

Salah satu alasannya adalah obat seumur hidup diperlukan untuk mencegah penolakan. Mereka memiliki efek samping dan meningkatkan risiko kanker.

Dr W.P. Andrew Lee, ketua bedah plastik di Johns Hopkins University, telah bekerja untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut. Sebelumnya, di University of Pittsburgh, dia memimpin transplantasi tangan pada lima pasien dengan risiko yang minim, dengan memberikan mereka sumsum tulang yang diambil dari donor mereka bersama dengan tangan untuk membantu mereka menoleransi jaringan baru dengan lebih baik. Kelima pasien tersebut mengalami kemajuan yang baik dan empat orang sekarang hanya mengonsumsi satu obat anti-penolakan.

"Tidak ada alasan untuk berpikir wajah akan berbeda," katanya.

Ia juga menunjukkan bahwa penolakan sering kali dapat dihentikan dengan mengoleskan krim yang mengandung obat penekan kekebalan.

"Kulit adalah target utama dari penolakan," jelasnya, sehingga dengan transplantasi tangan, "kita dapat mendeteksi penolakan jauh lebih awal daripada yang kita bisa untuk transplantasi organ. Pasien benar-benar menghubungi kami. Mereka melihat ruam pada kulit sebagai gejala pertama di pagi hari. Kami hanya memberitahu mereka untuk mengoleskan krim."

Dengan pendanaan militer, sejumlah dokter mengevaluasi tentara sebagai calon potensial transplantasi wajah. Pomahac menceritakan seorang pria yang kehilangan sebagian besar wajahnya, rahang dan bibir karena terkena ledakan bom. Meskipun telah menjalani 25 operasi, dia masih tidak bisa menggerakkan satu sisi wajahnya atau bibir yang terus mengiler.

"Dia selalu pergi dengan handuk di bahunya. Ini adalah masalah kualitas hidup yang besar," kata Pomahac.

MEMAJUKAN BEDAH REKONSTRUKSI

Banyak tentara yang tetap belum sembuh atau cacat meskipun sudah menjalani beberapa operasi rekonstruktif. Menanggulangi kasus terberat adalah tujuan dari Operation Mend, sebuah program dari UCLA Medical Center, Brooke Army Medical Center di San Antonio dan Veterans Affairs-Greater Los Angeles Healthcare System.

Staf Sersan Angkatan Darat. Michael Mills (47) yang tinggal di Freeport, Minn, sebelah barat laut dari Minneapolis, adalah salah satu pasien tersebut. Dia terluka di Irak pada 2005 oleh sebuah bom yang membuatnya mengalami luka bakar yang parah dan patah tulang di seluruh tubuh. Dia kehilangan jari dan jempol. Banyak pin dipasang dalam tulangnya dan sebuah plat di pinggang. Dia juga kehilangan sebagian dari telinga dan hidung.

Mills menjalani 10 kali operasi dengan Operasi MEND, termasuk tiga di tangannya. Ahli bedah memperbaiki hidungnya dengan bagian dahinya.

"Saya sangat senang dengan tampilan baru yang saya miliki sekarang," kata Mills. "Saya tidak membiarkan cacat tubuh mengambil hidupku. Aku akan mengalahkan cacatku."

Meskipun beberapa luka masih tersisa. Mills mengatakan bahwa ia menderita cedera otak ringan traumatis, kecemasan, dan depresi stres pasca-traumatis, atau PTSD. Konseling melalui Department of Veterans Affairs telah membantunya, dan dia mengatakan bahwa ia tidak lagi mengalami apa yang ia alami dulu, dan berkeringat di malam hari serta lebih mampu mengendalikan amarah.

"Saya menjalani hari yang lebih baik sekarang," katanya. Dokter dapat memperbaiki tulang dan hidungnya, tapi "mereka tidak dapat menyembuhkan apa yang ada di dalam hati," kata Mills.

"Hanya saya yang bisa melakukan itu."


No comments:

Post a Comment