Tuesday, March 15, 2011

Jepang Merevisi Kekuatan Gempa Menjadi 9 SR

Badan Meteorologi Jepang merevisi kekuatan gempa yang terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011 menjadi 9,0 skala richter. Bukan 8,8 richter seperti yang sebelumnya diumumkan.

Dalam laman NHK, Badan Meteorologi Jepang melakukan koreksi setelah menganalisa gelombang seismik dan berdasarkan data lainnya. Kekuatannya setara dengan gempa bumi yang terjadi di Sumatera, Indonesia pada 2004 yang memicu tsumani besar di Samudera Hindia.

Badan itu mengatakan zona gempa sepanjang 500 kilo meter dan lebarnya 200 kilo meter. Getarannya berlangsung lebih dari 5 menit.

Menurut kantor tersebut, hanya ada 4 gempa tercatat dengan besaran lebih dari 9 skala richter. Gempa terbesar terjadi di Chili yaitu 9,5 skala richter pada 1960 yang menewaskan lebih dari 1.600 orang. Gempa ini juga memicu tsunami di Jepang, yang membuat 142 orang tewas. Sedangkan gempa di Sumatera berkekuatan 9,1 skala richter. Tsunami raksasa ini menewaskan lebih dari 200 ribu orang.

Seperti diketahui, gempa utama terjadi pada Jumat, 11 Maret 2011 pukul 14.46 waktu setempat. Badan Survei Geologi AS menilai gempa pertama berkekuatan 8,9 skala richter.

Jet-jet Tempur Jepang Terseret Tsunami
Badan Meteorologi Jepang sudah merevisi kekuatan gempa yang sebelumnya 8,8 Skala Richter, kini menjadi 9,0 Skala Richter. Dari analisa gelombang seismik, kekuatannya setara dengan gempa bumi yang terjadi di Sumatera, Indonesia pada 2004 yang memicu tsunami besar di Samudera Hindia.

Hantaman tsunami di Jepang melumpuhkan hampir sebagian negara itu. Warga tidak hanya mulai kekurangan bahan makanan, dan air bersih, tapi juga bahan bakar yang terus minipis. Kini setiap keluarga di kota Sukagawa hanya dijatah sepuluh liter air minum setiap hari, untuk menjaga persediaan air.

Gempa yang memicu munculnya tsunami juga melumpuhkan industri teknologi yang meliputi semikonduktor dan elektronik. Kerugian akibat bencana ini juga dirasakan militer Jepang.

Markas militer di Miyadi, Jepang, yang paling merasakan terjangan dahsyat tsunami. Jet-jet tempur terhempas dari pangkalannya dan menghancurkan bangunan di sekitarnya. Lihat videonya di sini.

Pesawat tempur terlihat keluar dari hanggar dan landas pacu. Belum diketahui berapa jumlah kerugian Pemerintah Jepang akibat rusaknya jet tempur mereka.

Minggu 13 Maret 2011, militer Jepang mulai melakukan pembersihan. Tapi pembersihan masih dilakukan secara sederhana. Belum terlihat ada alat berat untuk mengevakuasi pesawat-pesawat yang rusak itu.

Selain menghancurkan hanggar, gempa Jepang juga merusak reaktor nuklir pembangkit listrik. Hingga saat ini, dampak radiasi akibat meledaknya reaktor yang berlokasi di Fukushima, sedikitnya 160 orang terkontaminasi radiasi. Pemerintah Jepang menyatakan, tingkat radiasi saat ini telah berkurang.


Gempa Jepang Membelah Jalan
Gempa berkekuatan 9 Skala Richter yang mengguncang Miyagi, Jepang, tidak hanya menghancurkan ribuan bangunan di wilayah pesisir timur Jepang. Infrastruktur wilayah ini juga porak poranda. Dua jurnalis Jepang berhasil merekam jalan yang terbelah saat gempa terjadi, Jumat 11 Maret 2011 lalu.

Sesaat sebelum gempa mengguncang, kedua jurnalis ini sedang meliput kehidupan petani kerang di Ogansu, Miyagi. Saat sedang hendak mewawancarai salah satu petani, tiba-tiba gempa mengguncang dengan hebat. Tiang listrik dan bangunan bergoyang hebat. Jalan pun terbelah dan retak-retak.

Tiga puluh menit kemudian, tsunami menghantam. Derasnya air membuat kota seperti diaduk-aduk dalam kuali besar. Lihat videonya di sini.

Dua hari jurnalis dan warga yang mengungsi. Mereka terkejut saat turun melihat kota yang sudah seperti kota mati.

Akibat gempa dan tsunami di Jepang, korban tewas diduga lebih dari 10.000 orang.


Jepang Alami Krisis Terparah Setelah PD II
Perdana Menteri Naoto Kan menyatakan bencana gempa dan tsunami mengakibatkan negaranya mengalami krisis terparah setelah Perang Dunia II.

Korban tewas setelah gempa 9 SR dan disusul tsunami itu diperkirakan lebih dari 10 ribu orang. Bencana susulan datang setelah ledakan di sejumlah pembangkit tenaga nuklir yang menyebarkan radiasi hingga berkilo-kilometer. Tak hanya itu, korban selamat pun masih harus berjuang mencari makanan dan air bersih.

"Ini adalah krisis paling parah sejak perang berakhir 65 tahun lalu," kata Kan kepada Kan kepada wartawan seperti dilansir dari Associated Press.

Dia menambahkan masa depan Jepang sangat tergantung pada bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis kali ini.

Melonjaknya kemungkinan korban tewas ini berdasarkan laporan dari Miyagi, salah satu dari tiga wilayah terparah akibat bencana ini. Kepala kepolisian setempat Go Sugawara menyebutkan perkiraan korban tewas melebihi 10 ribu orang.

Sementara itu, ratusan korban selamat kelaparan di pusat-pusat darurat yang gelap tanpa listrik. Akses untuk bantuan pun terputus. Setidaknya, 1,4 juta rumah tanpa air bersih dan 1,9 juta rumah tanpa listrik.

Pemerintah Jepang juga menggandakan tentara yang diterjunkan untuk upaya penyelamatan. Naoto Kan memperkirakan butuh beberapa hari untuk memperbaiki aliran listrik. Sementara waktu, pasokan listrik akan dijatah per wilayah.

No comments:

Post a Comment